Syarat Tumbuh Tanaman Jahe (jahe gajah, jahe emprit dan jahe merah)
Pembentukan umbi atau rimpang jahe sangat dipengaruhi oleh 3 hal yaitu, persediaan air, oksigen tanah dan pencahayaan. Tanaman jahe tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan 2500-4000 mm/tahun dan memiliki pH tanah antara 6,8 – 7,4.
Untuk tanah dengan pH yang rendah, sebelum dilakukan penanaman perlu pemberian kapur sekitar 1-3 ton per hektar atau dolomit 0,5 – 2 ton per hektar.
Macam Bibit Jahe
Saat ini jenis jahe yang banyak di budidayakan adalah jahe putih besar (jahe gajah), jahe putih kecil (jahe emprit) dan jahe merah.
Ciri-ciri jahe
Jahe gajah memiliki rimpang/umbi yang besar, berwarna putih kekuning-kuningan dengan diameter 8 – 8,5 cm, aroma tajam dengan tinggi rimpang 6 – 11,3 cm dan panjang 15 – 32 cm. Daun dan batang berwarna hijau muda dengan kadar minyak atsiri 0,8 – 2,8 %.
Jahe emprit memiliki rimpang yang kecil berlapis-lapis dengan aroma yang tajam, berwarna putih kekuning-kuningan dengan diameter 3 – 4 cm, tinggi rimpang 6 – 11 cm dan panjang 6 – 32 cm. Warna batang dan daun hijau muda dengan kadar minyak atsiri sekitar 1,5 – 3,5 %.
Jahe merah memiliki rimpang kecil berlapis dengan aroma yang sangat tajam dan berwarna antara jingga muda sampai warna merah. Diameter 4 – 4,5 cm, tinggi rimpang 5 – 11 cm dan panjang sekitar 12 – 13 cm. Warna daun hijau muda dengan warna batang hijau kemerahan. Memiliki kadar atsiri 2,8 – 3,9 %.
Cara Pembibitan Jahe yang Baik
Cara memperbanyak tanaman jahe yaitu dengan menggunakan stek rimpang yang telah berumur minimal 10 bulan. kondisi fisik untuk mengetahui rimpang yang sudah tua bisa dilihat dari kandungan serat yang tinggi dan kasar, kulit licin serta keras dan tidak mudah terkelupas dengan tampilan kulit mengkilat.
Benih bibit yang digunakan harus jelas asal usulnya, sehat dan tidak tercampur dengan varietas lain. Rimpang yang dapat dijadikan bibit memiliki 2 – 3 bakal mata tunas yang baik dengan berat sekitar 25 – 60 gram untuk jahe gajah. Sementara untuk jahe emprit dan merah berat berada pada kisaran 20 – 40 gram.
Bagian rimpang/umbi yang baik untuk dijadikan bibit berada pada ruas kedua dan ketiga.
Kebutuhan bibit per hektarnya untuk jahe gajah sekitar 2 – 3 ton dan untuk jahe emprit dan merah 1 – 1,5 ton.
Cara mempersiapkan bibit jahe yang baik
Bibit yang akan ditanam terlebih dahulu disemai untuk menimbulkan tunas kecilnyadengan cara rimpang dihampar di atas jerami atau alang-alang yang tipis, di gudang penyimpanan atau tempat yang teduh. Kalau pentunasan dilakukan dalam gedung, bisa menggunakan alas dari bambu atau kayu dengan dilakukan penyiraman setiap hari sesuai dengan kebutuhan untuk menjaga kelembaban rimpang.
Bibit yang siap ditanam adalah rimpang yang memiliki tunas sekitar 1 – 2 cm. Sebelum penanaman, terlebih dahulu diseleksi tunas rimpang yang baik dan dipotong menurut ukuran. Lakukan perendaman antibiotik sesuai anjuran setelah dilakukan pemotongan untuk menghindari terjadinya infeksi bakteri kemudian dikering anginkan.
Persiapan Lahan
Lakukan pengolahan lahan sebelum bibit ditanam untuk memperoleh tanah yang gembur, subur, berhumus, memiliki drainase dan aerasi udara yang baik dan menghilangkan gulma penggangu tanaman.
Tujuan dari penggemburan tanah agar rimpang jahe dapat tumbuh dengan leluasa. Tanah yang berliat jika tidak dilakukan pengolahan dengan baik maka akan menyebabkan rimpang jahe tertekan dan tidak akan tumbuh dengan subur, sementara tanah yang berkerikil akan menyebabkan rimpang tergores sehingga hasil tanaman yang baik tidak akan diperoleh.
Drainase yang baik juga sangat dibutuhkan tanaman jahe untuk mencegah serangan penyakit seperti layu karena tergenag air. Sementara aerase udara yang baik akan memberikan ruang gerak akar untuk menyerap unsur hara dan air serta dapat mengurangi pembentukan senyawa anorganik yang bersifat racun dalam tanah.
Cara pengolahan tanah
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara dibajak, digaru ataupun dicangkul dengan kedalaman sekitar 30 cm dan semua ranting atau tanaman yang usah lapuk dibersihkan. Kemudian pembentukan bedengan dengan lebar 60 – 120 cm, tinggi 25 – 30 cm dan jarak antara bedengan sekitar 30 cm. Untuk lubang tanam, kedalaman antara 5 sampai 7 cm dengan jarak untuk jahe gajah (panen tua; 80 cm x 40 cm/60 cm x 40 cm, panen muda; 40 cm x 30 cm), jahe emprit dan merah bisa dengan jarak 60 cm x 40 cm.
Cara Menanam Jahe
Waktu penanaman bisa disesuaikan dengan kondisi daerah, misalnya untuk daerah dengan curah hujan yang tinggi bisa dilakukan penanaman sepanjang tahun, sementara pada daerah yang memiliki curah hujan yang rendah apalagi tanah tegalan (tanah yang tidak memiliki sistem irigasi) maka sebaiknya dilakukan penanaman diawal musim hujan.
Untuk jarak tanaman, sudah dijelaskan sebelumnya baik untuk jahe gajah, jahe empritmaupun jahe merah. Perlu menjadi perhatian dan menjadi tolak ukur tentang jarak tanaman adalah semakin subur tanah ladang, maka jarak penanaman sebaiknya semakin diperjarang guna memberikan keleluasaan rimpang tumbuh dengan baik secara maksimal.
Setelah dilakukan penanaman, perlu diberikan penutup berupa alang-alang atau jerami untuk melindungi tunas yang baru muncul dari teriknya matahari. Selain dari manfaat tersebut, manfaat lainnya terhadap penggunaan jerami/alang-alang bisa memperbaiki kondisi permukaan tanah serta mengurangi erosi akibat aliran air.
Pemupukan
Untuk meningkatkan unsur hara, memperbaiki tekstur dan aerasi tanah dalam meningkatkan hasil rampang/umbi maka perlu dilakukan pemupukan. Berikut dosis pemupukan tanaman jahe yang baik:
Penyulaman Tanaman
Penyulaman tanaman dilakukan pada bulan ke 1 – 1,5 setelah penanam dilakukan untuk tanaman yang mati atau memiliki pertumbuhan yang kurang baik (menggunakan bibit cadangan yang telah dipersiapkan sebelumnya). Hal ini dilakukan untuk memperoleh tanaman dengan pertumbuhan yang seragam sehingga dapat dilakukan panen secara serentak.
Perlu menjadi perhatian, jika tanaman mati yang disebabkan penyakit layu bakteri jangan menggantinya dengan bibit baru. Berikan kapur pada bekas tanaman untuk menghindari penularan tanaman yang berada disekitarnya.
Penyiangan Tanaman
Gulma yang dibiarkan tumbuh di sekitar tanaman jahe sampai umur 6 bulan akan menurunkan hasil panen sampai 60 %. Jadi seharunya dilakukan penyiangan secara berkala, lakukan penyiangan pertama pada umur 2 – 4 minggu, kemudian selanjutnya bisa dilakukan setiap 4 – 6 minggu sekali tergantung tingkat pertumbuhan gulma.
Penyiangan yang dilakukan pada umur 4 bulan ke atas harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran dan melukai rimpang/umbi jahe yang bisa menjadi jalan masuknya penyakit.
Penyiangan bisa dilakukan dengan cara mencabut gulma atau menggunakan herbisida.
Pembumbunan Tanah
Pembumbunan dilakukan setelah anakan jahe terbentuk 4 – 5 rimpang. Selain untuk mencegah rimpang yang timbul dari sengatan matahari, pembumbunan juga bertujuan untuk menggemburkan tanah.
Rimpang jahe yang terkena sinar matahari akan berwarna hijau dan keras sehingga kualitas rimpang akan turun.
Pembumbunan dapat dilakukan sesering mungkin, apalagi pada tanah berliat dan daerah yang memililki curah hujan yang tinggi. Sebaiknya dilakukan sebelum pemupukan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Untuk mengendalikan hama dan penyakit dari tanaman jahe, dapat dilakukan sesuai dengan tabel berikut:
Sistem Tanam
Dalam sistem penanaman jahe bisa dilakukan dengan cara monokultur maupun sistem tumpangsari. Sistem tumpangsari dilakukan untuk meningkatkan produktifitas lahan, bisa disisipkan satu atau dua baris tanaman tumpang sari seperti jagung, kacang tanah, cabai, kedelai dan lain-lain.
Tahap Panen dan Pasca Panen Jahe
Panen jahe
Umur panen jahe sesuai dengan tujuan penggunaannya yaitu untuk keperluan bumbu dapur umur panen 8 bulan, untuk bibit umur 10 – 12 bulan, untuk asinan jahe umur 3 – 4 bulan.
Cara pemanenan dilakukan dengan membongkar semua tanaman dengan menggunakan garpu atau cangkul, kemudian langsung dibersihkan dari kotoran atau tanah yang menempel (tanah yang dibiarkan mengering akan susah dibersihkan).
Setelah dipanen, selanjutnya diangkut ke tempat pencucian untuk disemprot air mengalir. Rimpang tidak boleh digosok karena bisa mengakibatkan rimpang menjadi lecet dan menurunkan nilainya. Kualitas rimpang berdasarkan grade
Grade I : Berat 250 gram/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang (jamur).
Grade II : Berat 150 – 249 gram/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang.
Grade III : Berat sesuai analisa, kulit terkelupas maksimal 10 % dari setiap rimpang, benda asing maksimal 3 % dan kapang tidak lebih dari 10 %.
Pasca panen jahe
Setelah rimpang jahe disemprot dan dibersihkan dari kotoran yang menempel, lakukan pengeringan dengan cara dikering anginkan. Selanjutnya siap untuk dijual dengan tempat pengemasan menggunakan box dari kayu yang berongga untuk mendapatkan sirkulasi udara yang baik.
Bisa juga dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk memperoleh jahe dengan kadarkekeringan yang cukup (simplisia). Cara mengolahnya yaitu diiris-iris dengan ketebalan sekitar 1 sampai 4 mm, kemudian dijemur sampai kandungan air mencapai 8 – 10 %. Selanjutnya lakukan pengemasan dengan plastik yang higienis dan siap dipasarkan baik dalam industri jamu, makanan dan minuman.
Analisa Usaha Budidaya Jahe
1. Analisa usaha jahe putih besar (jahe gajah)
2. Analisa usaha jahe putih kecil (jahe emprit)
3. Analisa usaha jahe merah
* Analisa di atas untuk luas lahan 1 ha
Sekian cara budidaya jahe yang benar, semoga dapat menjadi rujukan. Salam
Sumber : pertanian.go.id
Recent Comments